الاثنين، 6 يونيو 2011

NIAT

      Mengerjakan suatu perbuatan baik itu yang bersifat duniawi seperti makan, minum, bekerja dan lain sebagainya ataupun yang bersifat ukhrowi tidak bisa terlepas dari niat dalam mengerjakannya. Niat merupakan titik awal dan termasuk salah satu komponen yang menentukan sukses atau tidaknya suatu amal perbuatan. Makna niat itu sendiri adalah bermaksud/menyengaja suatu perbuatan yang bersamaan dengan mengerjakannya. Jika niat tidak bersamaan dengan mengerjakan perbuatannya maka bukanlah niat akan tetapi disebut 'azam.

    Tujuan dari disyari'atkannya niat adalah untuk membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan. Misalnya seseorang yang duduk di masjid, adakalanya ia bertujuan untuk istirahat dan adakalanya ia bertujuan untuk i'tikaf. Yang membedakan keduanya hanyalah niat. Begitu pula seseorang yang mandi, adakalnya ia mandi hanya karena membersihkan dan menyegarkan  badan adakalanya ia mandi karena menghilangkan hadats atau yang lainnya. yang membedakannya hanya niat. karena baik duduk di masjid atau mandi, keduanya dipandang dari segi dhohir adalah sama tetapi yang satu dihitung ibadah dan mendapat pahala dan yang satunya tidak, semua itu karena niat dari pelakunya. 


    Selain itu, niat juga membedakan derajat dan tingkatan suatu ibadah. contohnya seseorang yang berpuasa selama tiga hari adakalanya ia berniat puasa sunnah, adakalanya puasa nadzar dan adakalanya puasa qodlo'. yang menjadi pembeda hanyalah niatnya.
      Saking pentingnya masalah niat ini, sehingga Nabi Muhammad SAW bersabda, " hanyalah segala sesuatu itu tergantung pada niatnya" (HR. Bukhori Muslim). Jika dalam mengerjakan suatu perbuatan kita berniat baik maka hasilnya pun akan baik. Jika sebaliknya maka hasil yang diperoleh pun tidak akan sesuai dengan apa yang kita harapkan.

       Berawal dari niat seseorang dalam beribadah, ibadah seorang hamba dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
  1. Seorang hamba yang beribadah, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-NYA karena takut akan ancaman dan siksa-NYA. Tingakatan ibadah ini disebut ibadahnya budak/hamba sahaya. karena seorang hamba sahaya tidak akan melakukan suatu pekerjaan yang diberikan oleh tuannya kecuali dengan adanya sebuah hukuman atau ancamam bila tidak mematuhi tuannya.
  2. seorang hamba beribadah kepada Allah karena mengharap pahala dan surga-NYA. tingkatan ini dinamakan ibadah seorang pedagang. karena watak seorang pedagang atau pebisnis tidak akan melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan atau pekerjaan kecuali ada keuntungan ayng akan ia dapatkan jika melakukannya.
  3. seorang hamba yang beribadah karena memenuhi kewajibannya sebagi hamba Tuhan, tanpa melihat akan ancaman bila meninggalkannya atau janji-janji yang diberikan bagi pelakunya. tingakan ibadah semacam ini dinamakan tingakan muqorrobin. karena ia merasa sadar diri bahwa dirinya adalah ciptaan Tuhannya, makan dari rizki ya diberikan oleh-NYA, tinggal di bumi ciptaan-NYA. ini adalah tingkatan ibadah orang-orang yang ikhlas , karena ia tidak mencampurkan antara Tuhannya dengan selain-NYA baik dalam perbuatan maupun niatan.



         

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق